Petualangan Musik


Pernah dengar kata-kata "music you listen defines who you are", yang kira-kira artinya musik yang kamu dengerin menggambarkan seperti apa dirimu. Kali ini gue pengen cerita tentang berbagai jenis musik dan musisi yang pernah singgah dalam kehidupan gue. Tentunya nggak semua bakal gue jelasin dan jabarin di sini, cuma yang meninggalkan kenangan dan pernah gue kejar-kejar albumnya (walo cuma pinjam). Kalo yang asal singgah sih banyak banget, nggak ingat gue. Kali aja kita punya beberapa kesamaan dalam musik yang kita dengarkan, kan bisa sharing kita, hehe.




Dari pria gondrong hingga pria berjoget

Gue inget banget, musisi yang pertama mampir di telinga gue adalah Bon Jovi. Bagaimana bisa Bon Jovi? Ceritanya sih gara-gara tante gue adalah fans berat Bon Jovi. Waktu itu tante gue masih baru kuliah kalo nggak salah, dan tiap gue ke rumah kakek, tante gue selalu nyalain tape dengan lagu-lagu Bon Jovi di dalamnya. Bahkan di kamarnya berhamburan poster Bon Jovi, trus banyak banget majalah yang dia koleksi berisi tentang Bon Jovi, disimpen semua dengan rapi. Gara-gara tante gue ini, gue sampe pengen punya rambut gondrong seperti mereka, tiap mo diajak potong rambut pasti kejar-kejaran dulu sama nyokap, gara-gara gue pengen gondrong, hahaha.

But hey, pas gue kenal Bon Jovi via tante gue, gue masih belum sekolah, aneh dong kalo pergi sekolah kemudian gue nyanyi lagu-lagu Bon Jovi. Mana liriknya juga belum hafal lagi, haha. Akhirnya pergi ke sekolah, sebagai anak-anak normal, gue pun mulai dengerin lagu anak-anak di TV, semacam trio kwek kwek, Meissy ( not a football player ok? ), Chikita Meidy, you name it :D


Beranjak kelas 6 SD, gue kenal sama seorang temen pindahan bernama Rio. Temen gue ini sering banget nyanyi-nyanyi lagu yang gue gak ngerti. Kira-kira liriknya seperti ini "everybody.. rock your body.." who's song is that? Yes it's Backstreet Boys (BSB) dude hahaha. Pada waktu itu gue denger lagu itu enak juga, akhirnya gue minta diajarin sama Rio gimana nyanyinya. Pas proses belajar itu datang lagi satu temen gue, namanya Dimas, yang juga excited dengan lagu-lagu BSB, akhirnya kita bertiga ngapalin bersama, nyanyi bersama. Hell, ternyata gue udah pernah punya unofficial boyband pas masih SD. Seiring waktu bukan cuma BSB yang kita dengarkan, tapi juga New Kids On The Block dan Spice Girls. You wanna laugh? just do it, remembering those moment make me wanna laugh right now.

Dari lagu manis hingga sumpah serapah

Beranjak SMP, gue pisah sekolah dengan dua temen boyband tadi. Awal-awal masuk SMP musik yang gue denger masih musik-musik boyband yang pada saat itu sedang berkibar, seperti NSYNC, 911, dan apapun itu namanya. Berhubung di smp gue yang kebanyakan suka boyband itu cewek, gak mungkin lah gue terusin denger musik-musik tersebut, akhirnya gue keluar dari dunia boyband dan nggak dengerin musik. Gue lari ke olahraga.

Beberapa waktu kemudian, di acara 17-an sekolah gue, ada pagelaran musik kecil-kecilan. Setiap kelas wajib menampilkan grup musik akustik. Sebagai siswa yang baik, nongkronglah gue di acara itu, pertamanya males sih, tapi ya apa mau dikata. Waktu gue nongkrong di situ, gw menyadari sebuah kenyataan bahwa banyak banget yang bawain lagu sama, lirik lagunya "di saat kita bersama, di saat kita tertawa menangis merenung oleh cinta". Gue cari taulah ini lagu siapa kok banyak banget yang nyanyiin, dan nama penyanyinya adalah sebuah band asal Jogjakarta bernama Sheila on 7. Gak mau ketinggalan jaman, belilah gue kasetnya, dan gue suka, hahaha. Gara-gara Sheila on 7 ini juga gue ditaksir cewek, hahaha.



Akhir-akhir masa SMP mulai lah muncul jiwa-jiwa abg yang katanya memberontak dan mencari jati diri, hahaha. Musik yang gue dengerin adalah, Limp Bizkit dengan Fred Durst yang fasih bener teriak Fuck Up :D Ke mana-mana gue nyanyiin tuh lagunya, sampe kaya orang gila, "it's my way, my way on the highway".

Dari barat hingga timur

Lulus SMP, gue mulai cari-cari alternatif musik. Pada waktu itu gue pengen nyari musik yang belom begitu dikenal orang, jadi gue bisa denger tanpa dicap mainstream. Berawal dari main ke rumah temen, gue baca majalah remaja bernama Hai, yang pas itu lagi ngeliput festival rock di Jerman, Rock Im Park Rock Am Ring. Pada waktu itu ada sebuah artikel yang menarik gue, tentang sebuah band baru yang enerjik dan mampu membius penonton yang hadir, namanya Linkin Park.

Penasaran, gue pergi ke toko kaset deket sekolah gue. Di tumpukan kaset beraliran rock, gue temuin lah itu band bernama Linkin Park. Pada waktu itu gue gak langsung ambil, ragu, denger lagunya aja belum pernah. Tapi gue inget tujuan gue cari band yang nggak mainstream, ya ambil aja.

Sampe rumah, gue buka itu bungkusan kaset sambil berdebar-debar. Pikiran gue adalah, semoga hasil gak jajan seminggu gue gak terbuang sia-sia. Mulailah gue dengerin itu lagu, track pertama, Papercut, sangar. Track kedua One Step Closer, sangar juga. Crawling apalagi. Gue jatuh cinta sama band ini. Sayangnya keinginan gue untuk tidak mendengarkan musik mainstream gagal, karena band ini semakin terkenal. Tapi nggak masalah, lagu keren harus didengar banyak orang.

Akhir SMA, gue mulai kenal dengan budaya Jepang. Film-nya, komik-nya dan juga musik-nya. Pada saat itu datanglah temen gue Fajar dan Angga yang memperkenalkan band ternama Jepang bernama Larc-en-Ciel (laruku). Gue lupa lagu pertama yang gue dengerin, tapi yang jelas gue suka mampus sama band ini. Jenis musiknya juga belum pernah gue denger. Suara vokal yang nyaring tanpa putus, melodi gitar yang paten, betotan bass yang mengalir hingga hentakan drum yang powerful. Gue suka rock Jepang, dan makin lengkaplah kecintaan gue pada budaya Jepang.



Tetap di timur

Sejak denger laruku, gue makin suka dengan musik Jepang. Berbagai macam band atau penyanyi solo gue denger. YUI, Scandal, Do as Infinity dan sebagainya. Bagi gue musik Jepang adalah standar berbeda dan punya ciri khas tersendiri. Jarang sekali gue denger musik Jepang yang terbawa mainstream musik dunia. Musik apapun yang ngetren, ya seperti itulah J-Rock, seperti itulah J-Pop.

Gara-gara pergaulan gue sempat denger musik Korea juga, dan lumayan suka. Musik Korea adalah contoh bahwa lagu-lagu sedih dan galau tidak harus dibawakan dengan melodi yang sedih dan galau pula. Sekarang gue mulai suka dengan Idol Group Jepang bernama AKB48, dan sudara mudanya dari Indonesia bernama JKT48. Untuk segmen ini akan gue tulis dalam post-post tersendiri. 

Yang jelas untuk beberapa waktu ke depan gue rasa gue akan tetap berada di timur untuk urusan musik. Tentu gue nggak akan lupa dengan musisi-musisi yang pernah bikin gue koleksi albumnya dan bikin gue nggak jajan berhari-hari. Sheila on 7, Peter Pan, Padi, Linkin Park, Eminem semuanya masih ada di hati gue


No comments:

Post a Comment